Selamat datang di Pembelajaran E-learning Reproduksi




Rabu, 27 Juli 2011

Fertilisasi, Gestasi, Persalinan dan ASI

A.Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses berfusinya sel telur dengan sperma. Fertilisasi diawali dengan proses persetubuhan (kopulasi). Adanya ransangan seksual dan gerakan penis di dalam vagina menyebabkan sperma bersama air mani (semen) terpancar ke luar uretra (ejakulasi). Ini merupakan gambar fertilisasi.
Gambar 10 : proses fertilisasi (http://yukichiitria.wordpress.com/2011/05/09/gambar-fertilisasi-kehamilan-dan-kelahiran/)

Pada saat ejakulasi, semen yang dipancarkan mengandung sekitar 150 juta hingga 350 juta sperma ke dalam vagina. Namun, dari keseluruhan jumlah sperma tersebut hanya sekitar 100 sperma yang berhasil mencapai permukaan sel telur dan biasanya hanya satu sperma yang berhasil membuahi sel telur.
Di dalam vagina, enzim proteolitik mengubah lendir dalam semen menjadi sangat motil. Sperma berenang dari vagina melalui uterus dan oviduk dalam waktu sekitar satu jam.
Pada proses fertilisasi, beberapa sperma berusaha masuk melewati tiga lapisan pelindung sel telur menuju inti sel telur. Ketiga lapisan tersebut adalah korona radiata (berupa selubung dari sel-sel folikel), zona pelusida (larutan jeli), dan membran plasma sel telur. Untuk menebus ketiga lapisan pelindung sel telur, sperma mengeluarkan enzim-enzim yang tersimpan pada akrosom. Misalnya, hialuronidase (untuk melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata) dan akrosin (untuk melarutkan dan membuat lubang pada zona pelusida) sehingga spermatozoa dapat menerobos masuk.
Ketika satu sperma berhasil membuahi sel telur (fertilisasi), maka bagian permukaan sel telur segera melepaskan senyawa kimia dalam zona pelusida. Senyawa kimia tersebut berfungsi untuk mencegah sperma lainnya masuk ke dalam sel telur. Selanjutnya, sel telur melanjutkan proses pembelahan meiosis II untuk menghasilkan sel telur yang haploid. Setelah pembelahan meiosis II terjadi secara sempurna, inti sperma (haploid) segera bersatu dengan inti sel telur (haploid) membentuk zigot (diploid) yang mengandung 23 pasang kromosom.
Zigot berkembang menjadi embrio. Perkembangan menjadi embrio dimulai pada saat telur yang dibuahi berada di dalam oviduk. Sambil mengalami pembelahan mitosis secara berulang kali, telur bergerak menuju uterus dalam tiga atau empat hari sebagai blastosis. Blastosis merupakan tingkatan blastula pada mamalia, yaitu tingakatan pada perkembangan embrio berupa struktur bola berongga. Selanjutnya, blastosis tertanam dalam dinding uterus (emdometrium) melalui suatu proses yang disebut implantasi. Jika implantasi berhasil terjadilah kehamilan. Berikut ini adalah proses sperma menembus sel telur.
  
Gambar 11: sperma akan menembus sel telur (http://zhuldyn.wordpress.com/2011/03/05/reproduksi-pada-manusia/)




A.Gestasi
Selama implantasi, sel-sel terluar dari blastosis yang disebut trofoblas tertanam ke endometrium. Implantasi biasanya sempurna terjadi pada hari ke-11 atau 12 setelah fertilisasi. Pada saat itu, trofoblas mulai menyereksi human chorionic gonadotropin (HCG), suatu hormon yang berfungsi menjaga korpus luteum dari kehancuran. Dengan adanya HCG penebalan pada endometrium dapat dipertahankan dan menstruasi tidak terjadi. Selanjutnya, sisi trofoblas akan terus tumbuh membentuk membran ekstraembrio. Sementara itu, sisi blastosis lainnya yang berdinding tebal tumbuh membentuk massa sel-sel dalam. Bagian sel-sel inilah yang kelak akan tumbuh menjadi embrio.
Membran ekstraembrio meliputi amnion, sakus vitelinus, korion, dan alantois. Disebut membran ekstraembrio karena membran-membran tersebut meluas melingkupi embrio.
Amnion merupakan membran pelindung yang berisi cairan amnion (air ketuban). Cairan amnion berfungsi untuk melindungi embrio/fetus dari guncangan serta memberikan keleluasaan bagi embrio untuk dan tumbuh dan bergerak tanpa rintangan.
Sakus vitelinus merupakan tempat pertama kali sel-sel darah merah dibentuk. Kelak bagian membran ini bergabung ke dalam tali pusar.
Alantois merupakan membran pembentuk tsli pusar. Membran ini berfungsi untuk membawa darah fetus dari dan ke plasenta.
Korion merupakan membran ekstraembrio terluar yang akan tumbuh menjadi plasenta. Plasenta berfungsi untuk pertukaran gas (O2 dan CO2), nutrisi, dan limbah dengan darah ibu.


Gambar 12: perkembangan bayi dari bulan pertama
sampai bulan kesembilan (http://umiliya.blogspot.com/)

Pada umumnya, masa hamil dikelompokkan per tiga bulan atau dikenal dengan istilah trisemester.
Bulan pertama. Kehamilan pada akhir bulan pertama, embrio tumbuh membentuk ekor. Pada embrio tumbuh cabang-cabang membentuk tunas tangan dan tunas kaki. Kepala tampak tumbuh besar. Mata, telinga, dan hidung mulai muncul. Selain itu denyut jan tung mulai membesar dan hati mengambil alih proses pembentukan sel-sel darah.
 


Bulan kedua. Pada akhir bulan kedua, ekor embrio mulai menghilang, tangan dan kaki mulai berkembang membentuk jari-jari tangan dan jari-jari kaki. Kepala berukuran sangat besar, hidung tampak pipih, jarak kedua mata agak jauh, dan telinga mulai tumbuh. Pada periode tersebut, sebagian besar organ-organ dalam utama telah terbentuk dan plasenta telah berfungsi penuh. Panjang embrio sekitar 38 mm. Selama dua bulan pertama masa kehamilan dikenal sebagai masa perkembangan embrio. Masa perkembangan embrio ditandai dengan proses pembentukan awal organ-organ utama. Pada saat itu, embrio sangat peka terhadap gangguan. Misalnya, terhadap infeksi virus dari ibu atau kontaminasi dari zat-zat kimia tertentu yang disebut teratogen.
Bulan ketiga dan keempat. Pada permulaan bulan ketiga, pertumbuhan kepala berlangsung secara perlahan. Jaringan epidermal mulai membentuk alis mata, bulu-bulu halus pada kepala, kuku jari, dan puting buah dada. Adakalanya, selama kehamilan bulan ketiga kelamin laki-laki dan permpuan telah dapat dibedakan. Pada akhir bulan keempat, panjang fetus lebih kurang 150 mm dan berat sekitar 170 gram.
 



Bulan kelima hingga ketujuh. Pada kehamilan bulan kelima hingga ketujuh pergerakan fetus mulai terasa oleh ibu. Pertama kali hanya berupa sensasi getaran, kemudian berkembang menjadi gerakan memukul dan meninju. Denyut jantung fetus cukup kuat sehingga dapat didengar melalui stetoskop yang ditempatkan pada perut ibu. Kelopak mata atas dan bawah telah terpisah dan bulu mata telah terbentuk. Kulit fetus tampak keriput atau disebut lanugo. Pada periode ini panjang fetus hampir mencapai 300 mm dan berat 1.350 gram.
Bulan kedelapan dan kesembilan. Pada akhir periode ini fetus biasanya berotasi, kepala mengarah ke bagian serviks. Panjang fetus dapat mencapai 350 mm dan berat 3.400 gram. Peningkatan berat badan demikian terjadi akibat akumulasi lemak di bawah permukaan kulit. Masa kehamilan bulan ketiga hingga kesembilan ini dikenal sebagai perkembangan fetus. Pada masa kehamilan tersebut terjadi penyempurnaan dari berbagai struktur organ.
 

Gambar 15: bentuk bayi pada bulan ke 7 sampai ke 9 (http://bibilung.wordpress.com/2008/01/09/trimester-ketiga-kehamilan/)

Proses selanjutnya adalah persalinan (kelahiran). Proses persalinan dimulai dengan membukanya leher rahim (serviks). Akibat kontraksi uterus secara terus-menerus, amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar melalui vagina, bersamaan dengan keluarnya bayi.
Setelah bayi lahir, paru-paru membesar dan segera berperan sebagai alat pernapasan. Selanjutnya, aliran darah melalui tali pusar berhenti dan pola peredaran darah beralih melalui jantung, aorta, dan arteri paru-paru. Tidak lama setelah bayi lahir, tembuni yang terdiri atas plasenta dan sisa-sisa tali pusar akan keluar dari tubuh ibu. Biasanya beberapa hari setelah melahirkan, ibu mulai menghasilkan ASI.
A.ASI (Air Susu Ibu)
Payudara mengandung sekitar 15 sampai 25 lobulus. Setiap lolubus memiliki saluran air susu yang bermuara pada puting payudara. Selama masa hamil, ukuran payudara bertambah besar dan saluran air susu bertambah banyak. Pertambahan ukuran payudara dan jumlah saluran air susu terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron.
 

Gambar 16: kelenjar payudara (http://cerita-anak-anak.blogspot.com/)
Untuk menghasilkan air susu (laktasi) diperlukan hormon prolaktin. Laktasi dimulai setelah adanya ransangan isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Ransangan yang ditimbulkan tersebut menyebabkan kelenjar pituitari menyereksi hormon prolaktin sehingga menghasilkan air susu. Air susu yang pertama kali keluar berwarna kuning dan encer, disebut kolostrum.
Produksi air susu akan terus berlanjut selama bayi menyusu. Pada saat bayi menyusu, ujung saraf pada areola payudara (daerah berwarna cokelat pada payudara ibu) menjadi terangsang. Rangsangan saraf tersebut menyebabkan impuls-impuls saraf bergerak dari daerah puting payudara menuju hipotalamus merespons dengan cara memerintahkan kelenjar pituitari untuk melepas hormon oksitosin. Ketika hormon tersebut sampai di payudara, lobulus-lobulus segera bekerja menghasilkan air susu dan masuk ke dalam saluran air susu. Selanjutnya, air susu mengalir keluar melalui isapan mulut bayi.
Pemberian air susu ibu (ASI) tidak hanya bermanfaat pada bayi, tetapi bermanfaat pada ibu. Berikut ini dijelaskan beberapa manfaat ASI bagi bayi dan ibu:
1.      Air susu ibu mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung kadar laktosa tinggi. Laktosa dalam susu akan mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Asam laktat sangat bermanfaat untuk bayi antara lain:
a)      Menghambat pertumbuhan bakteri patogen
b)      Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesis beberapa jenis vitamin dalam usus.
c)      Memudahkan terjadinya pengendapan calsium caseinate (protein susu)
d)     Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti kalsium, fosfor dan magnesium.
2.      ASI tidak mengandung bibit penyakit, justru mengandung zat penolak untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI antara lain laktoferin, dan antibody yang dapat melindungi anak dari bakteri, virus dan jamur.
3.      ASI lebih aman terhadap kontaminasi karena ASI diberikan langsung, maka kemungkinan tercemar zat yang berbahaya lebih kecil.
4.      Resiko alergi pada bayi sangat kecil
5.      Temperatur ASI dapat mempercepat hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya.
6.      Bayi yang menyusu pada ibunya, memiliki pertumbuhan geraham lebih baik.
7.      Bentuk payudara ibu memungkin bayi menyusui tanpa tersedak.

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut Mu tentang media ini?

 
Design by www.pandani.co.cc | Web Design Media Pembelajaran | online